BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Salah satu bagian dari struktur perkerasan jalan yang sangat
penting adalah lapisan pondasi dan lapisan penutup jalan. Untuk mendapatkan
kualitas yang maksimal, maka lapisan tersebut harus direncanakan secara baik
dan dilaksanakan sesuai ketentuan-ketentuan yang berlaku serta dikendalikan
sesuai dengan yang dipersyaratkan. Penelitian ini dimulai dari pemeriksaan
bahan baku dengan melalui beberapa tahap pengujian seperti uji Marshall
dilanjutkan dengan pembuatan design mix formula kemudian pembuatan perencanaan
rumusan campuran kerja (job mix formula),
setelah itu dilaksanaakn proses pencampuran pada alat pencampuran aspal (AMP),
aspal campuran panas yang telah jadi dibawa ke lokasi penghamparan untuk
dilakukan penghamparan dan pemadatan. Setelah itu dilakukan lagi pengujian
sehingga didapat nilai ekstraksi dalam rangka menjamin mutu pekerjaan hot mix tersebut.
Dari hasil penelitian
ini didapat nilai hasil design mix
formula, job mix formula serta
ekstraksi yang keseluruhan hasilnya masuk ke dalam spesifikasi/persyaratan yang
ada. Maka dari itu nilai konsistensi antara pelaksanaan dan pengendalian mutu
perkerasan jalan pada proyek ini dapat dikatakan sudah sesuai dengan
spesifikasi yang ada.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah antara lain:
1. Apa
yang dimaksud dengan
Asphalt Mixing
Plant ?
2. Apa saja fungsi
Asphalt Mixing
Plant ?
3. Bagaimana
proses kerja pembuatan aspal pada Asphalt
Mixing Plant ?
C.
Tujuan
Penelitian Masalah
Tujuan dari penelitian
masalah ini adalah:
a. Untuk
mengetahui bagian – bagian yang terdapat pada Asphalt Mixing Plant (AMP).
b. Untuk
mengetahui jenis-jenis Asphalt Mixing
Plant (AMP).
c. Untuk
menambah wawasan tentang proses kerja aspal dengan Asphalt Mixing Plant (AMP).
d. Untuk
melengkapi tugas mata kuliah pelaksanaan perkerasan jalan raya.
D.
Manfaat
Penelitian Masalah
Manfaat yang dapat kita
ambil dari penelitian masalah ini, yaitu:
1. Dapat
mengetahui bagaimana hasil kerja daripembuatan aspal dengan Asphalt Mixing Plant (AMP).
2. Dapat
mengetahui pengaruh bagaimana proses pembuatan sampai dengan penghamparan
lapisan perkerasan jalan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Asphalt Mixing Plant (AMP)
Asphalt
Mixing Plant (AMP) adalah suatu unit mesin atau peralatan yang digunakan untuk
memproduksi material campuran antara aspal dengan material agregat batu. Proyek-proyek pembangunan jalan tol perkerasan lentur maupun pelapisan
ulang (overlay), umumnya mensyaratkan kontraktor untuk menggunakan asphalt
mixing plant untuk produksi material lapis perkerasan seperti asphalt concrete. Penggunaan Asphalt
Mixing Plant (AMP) dimaksudkan untuk
memproduksi material campuran perekerasan lentur dengan jumlah yang besar
dengan mutu dan keseragaman campuran tetap terjamin (homogen). Material batu
pecah dan aspal akan dipanaskan secara terpisah sebelum dicampurkan. Suhu
pencampuran pada alat ini umumnya berkisar 160 derajat celcius.
B.
Fungsi
Asphalt Mixing Plant (AMP)
Asphalt
Mixing Plant Atau yang biasa
disingkat AMP merupakan sebuah mesin produksi aspal beton (hot mix) yang terdiri dari rangkaian komponen alat-alat atau mesin
untuk memproses material batuan (aggregate)
pasir dan aspal menjadi produk hot mix
yang bervariasi jenisnya, sesuai job mix,
dengan desain sesuai kebutuhan dari jenis pekerjaan pengerasan jalan. Pada
proses mixing agregat berupa pasir,
batu setelah melalui proses pemanasan dan penimbangan dengan campuran tertentu,
untuk kemudian di campur aspal sampai dihasilkan hot mix atau aspal beton yang
siap di muat ke dalam dump truck, untuk selanjutnya dikirim ke lapangan.
C.
Jenis-jenis
Asphalt Mixing Plant (AMP)
Asphalt Mixing Plant (AMP) apabila dilihat dari mobilitasnya,
pada umumnya dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu :
- AMP
yang permanen, dengan beberapa jenis cara produksinya;
2.
AMP yang portable (mudah dipindah- pindah) dan dapat dipasang di dekat
lokasi proyek untuk menghasilkan campuran asphalt.
AMP Jika dilihat dari jenis produksinya maka
secara umum AMP dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu :
- AMP
tipe batch (timbangan;)
- AMP
tipe menerus (continous);
- AMP
Tipe drum-mix.
D. Proses Kerja Pembuatan Aspal pada Asphalt
Mixing Plant (AMP)
1. Persiapan Bahan Baku
a. Agregat
Agregat yang
diproduksi adalah agregat dengan ukuran 1, 1/2, ¾ inch, dan abu batu
pada umumnya, yang selanjunya disimpan di gudang untuk dijadikan stock dan
sebagian di simpan pada bin-bin penampung bahan baku untuk pembuatan aspal
beton pada unit AMP (Aspal Mixing Plant). Bahan baku batu
pecah/agregat dapat dilihat pada Gambar berikut.
Gambar 2.1 Bahan Baku Batu Pecah
b.
Aspal
Aspal ialah bahan
baku yang digunakan untuk mengikat antara agregat yang satu dengan
yang lainya atau juga sebagai katalis agar agregat dapat menjadi satu padu,
kuat, keras dan tahan terhadap perubahan cuaca. Jenis aspal yang digunakan
ialah aspal emulsi yang diperoleh dari hasil penyulingan minyak bumi. diimpor
dari berbagai produsen yang ada di dalam maupun luar negeri. Aspal emulsi dapat
dilihat pada Gambar dibawah.
Gambar 2.2 Aspal Emulsi
c.
Filler.
Filler adalah bahan penambah pada proses pencampuran atara agregat dengan
aspal yang berfungsi untuk menutup pori-pori yang ada pada permukaan aspal
beton yang disebabkan karena kurangnya campuran dari gradasi agregat pada unit
timbangan. Bahan pengisi yang ditambahkan terdiri atas debu batu kapur (limestone
dust), kapur padam (hydrated lime), semen atau abu terbang yang
sumbernya disetujui oleh Direksi Pekerjaaan Batu kapur (limestone dust)
sebagai filler bahan pengisi pori-pori pada aspal dapat
dilihat pada Gambar berikut:
Gambar 2.3 Filler
2. Proses Pengerjaan Pada Alat AMP
a. Bin dingin
Bin dingin (coold
bin) adalah bak tempat menampung material agregat dari tiap-tiap fraksi
mulai dari agregat halus sampai agregat kasar yang diperlukan dalam memproduksi
campuran aspal panas (hot mix). Bagian pertama dari AMP (Aspal Mixing
Plant) adalah bin dingin, yaitu tempat penyimpanan fraksi
agregat kasar, agregat sedang, agregat halus dan pasir. Bin dingin harus
terdiri dari minimum 3 sampai 5 bak penampung (bin). Masing-masing bin berisi
agregat dengan gradasi tertentu. Agregat-agregat tersebut harus terpisah satu
sama lain, untuk menjaga keaslian gradasi dari masing masing bin sesuai dengan
rencana campuran kerja (RCK). Untuk memisahkannya, dapat dipasang pelat baja
pemisah antara bin. Dengan demikian maka loader (alat
pengangkut) yang digunakan mengisi masing-masing bin harus mempunyai bak (bucket)
yang lebih kecil dari mulut pemisah masing-masing bin. Jika pemisah tidak ada
maka pengisian masing-masing bin tidak boleh berlebih yang dapat berakibat
tercampurnya agregat. Bin dingin (cool bin) yang digunakan
dapat dilihat pada Gambar berikut
Gambar 2.4 Bin Dingin (cool bin)
b.
Proses Pengeringan Agregat Pada
Unit Dryer
Agregat yang diperoleh
dari hasil penambangan dan telah diproses di unit stone crusher yang
kemudian disimpan pada bin-bin dingin (Cool bin) yang sesuai dengan
ukuran masing-masing selanjutnya disuplai atau diangkut menuju dryerdengan
menggunakan belkonveyor untuk dikeringkan dengan unit dryertujuannya
untuk menghilangkan kadar air, kadar air harus seminim mungkin karena
kalau tidak akan berpengaruh pada pencampuran aspal nantinya. Proses
pengeringan pada dryer adalah dengan cara membakar agregat di
dalam kilen yang berputar dengan suhu ±1500 C proses pembakaran
dengan menggunakan bahan bakar solar lama pembakaran ini belangsung selama ± 45
detik dengan kapasitas ± 80 ton/jam.
Pada unit pengering (dryer)
perlu diperhatikan beberapa faktor agar diperoleh campuran beraspal yang
memenuhi syarat, yaitu antara lain:
- Kalibrasi alat pengukur
temperatur dan pemeriksaan temperatur pemanasan. Perubahan kuantitas
agregat yang masuk ke unit pengering akibat dari pengaturan bukaan bin
dingin dapat menyebabkan pemanasan berlebih (jumlah agregat yang masuk
berkurang sementara panas pembakar tetap).
- Pembakaran harus sempurna, hal
ini dapat diindikasikan dari warna asap yang keluar dari cerobong asap
adalah putih dan nyala api pembakaran berwarna biru. Warna asap yang hitam
menandakan pembakaran tidak sempurna. Contoh dari akibat pembakaran yang tidak sempurna adalah, pada saat pengambilan
agregat dari hot bin, agregat terlihat berwarna hitam
terselimuti jelaga. Akibat dari hal tersebut aspal tidak dapat masuk ke
pori-pori agregat dan juga tidak dapat melekat dengan baik ke agregat.
- Kadar air pada
agregat harus seminimum mungkin, oleh karena itu dilakukan pemeriksaan
kadar air secara cepat; diambil contoh secukupnya, kemudian dilewatkan
pada cermin yang kering, atau spatula diatas agregat tersebut. Diamati
jumlah kadar air yang mengembun pada permukaan cermin atau spatula.
Agregat yang masih mengandung kadar air akan menghalangi melekatnya aspal
ke agregat, sehingga campuran beraspal berprilaku seolah-olah kelebihan
aspal. Unit dryer yang ada pada PT. Xxxx dapat dilihat
pada Gambar berikut:
Gambar 2.5 Unit Dryer
c.
Pengumpul Debu (dust collector).
Alat pengumpul debu (dust
collector) harus berfungsi sebagai alat pengontrol polusi udara di
lingkungan lokasi AMP (aspal mixing plant). Gas buang yang keluar dari
sistem pengering ditambah dengan dorongan kipas pengeluar (exhaust fan)
akan dialirkan ke pengumpul debu. Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan maka
dilakukan koreksi atau perbaikan pada pengering (dryer). Gamabr
Pengumpul debu (dust collector) dapat dilihat pada Gambar berikut.
Gambar 2.6 Pengumpul Debu (dust collector)
d.
Proses Pemisahan Agregat Pada Hot Screen.
Agregat yang panas
yang telah melalui proses pembakaran dari dryerselanjutnnya di bawa
oleh hot elevator menuju ke atas tower untuk
di lakukan pemisahan pada hot screen, peroses pemisahan
agregat ini adalah dengan cara gravitasi agregat dijatuhkan pada ayakan/screen yang
dirancang sedikit miring agar dapat mengayak atau memisahkan agregat sesuai
dengan ukurannya masing-masing. Pada screen dilengkapi
alat bantu yaitu vibrator yang berfungsi untuk menggetarkan
ayakan agar terjadi ayakan yang optimal. Agregat yang telah disaring/dipisahkan
berdasarkan ukurannya kemudian masuk pada unit hot bin guna
untuk menampung sementara agregat yang akan masuk pada timbangan.
Pemasangan saringan
pada unit ayakan panas harus tidak pada ukuran yang berdekatan. Contoh susunan
ayakan untuk campuran beraspal dengan ukuran butir agregat maksimum 19 mm
adalah :
1.
Saringan
pertama/teratas berukuran 19 mm, butir agregat yang ukurannya lebih besar (oversize)
dibuang ke saluran pembuangan.
2.
Saringan kedua
berukuran 12,5 mm (1/2 inchi). Ukuran butir agregat antara 19 mm sampai 12,5 mm
masuk ke bin 1.
3.
Saringan ketiga
berukuran 4,75 mm (No. 4). Ukuran butir agregat antara 9,5 sampai dengan 4,75
mm masuk ke bin 2.
4.
Saringan keempat
berukuran 2,36 mm (No. 8). Ukuran butir agregat antara 4,75 sampai dengan 2,36
mm masuk ke bin 3. Sementara agregat yang lolos saringan 2,36 mm masuk ke bin
4. Alat hot screen dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2.7 Hot Screen
e.
Bin panas (hot binn)
Bin panas (hot bin)
dipasang pada AMP (aspal mixing plant) jenis takaran (batch).
Pada AMP (aspal mixing plant) jenis takaran umumnya akan terdapat 4 bin
yang dilengkapi dengan pembatas yang rapat dan kuat dan tidak boleh berlubang
serta mempunyai tinggi yang tepat sehingga mampu menampung agregat panas dalam
berbagai ukuran fraksi yang telah dipisah-pisahkan melalui unit ayakan panas.
Pada bagian bawah dari tiap bin panas harus dipasang saluran pipa untuk
membuang agregat yang berlebih dari tiap bin panas yang dapat dioperasikan
secara manual atau otomatis. Jika agregat halus masih menyisakan kadar air
(pengering kurang baik) setelah pemanasan, maka agregat yang sangat halus
(debu) akan menempel dan menggumpal pada dinding bin panas dan akan jatuh
setelah cukup berat. Hal tersebut dapat menyebabkan perubahan gradasi agregat,
yaitu penambahan material yang lolos saringan No. 2000.
f.
Timbangan
Timbangan adalah alat
yang digunakan untuk menakar/menimbang jumlah masing-masing agregat sesuai
dengan komposisi yang telah ditentukan, proses penimbanga dilakukan dengan
sistem komputerisasi/otomatis. sebelum timbangan digunakan timbangan telebih
dahulu dikalibrasi agar hasil timbangan dapat akurat biasanya timbangan
dikalibrasi dengan bobot teringanya 10 kg, ini dikarenakan berat jenis dari
agregat yang terlalu tinggi sehingga timbangan tidak akan akurat/ tidak dapat
membaca apabila agregat yang ditimbang di bawah 10 kg.
Faktor-faktor penting pada unit
timbangan agregat yang perlu mendapat perhatian antara lain sebagai berikut :
1. Kalibrasi
timbangan.
2. Weigh
box tergantung bebas.
3. Kontrol
harian terhadap kinerja operator AMP (aspal mixing plant).
Timbangan agregat dapat dilihat pada
Gambar berikut.
Gambar 2.8
Timbangan
g. Proses Akhir Mixer
Mixer adalah alat untuk proses pencampuran dimana agregat yang telah
dipanaskan dan telah melalui timbangan ditakar sesuai dengan komposisi yang
diinginkan selanjutnya dituangkan kedalam mixer dengan membuka
pintu bin panas menggunakan sistem hidrolik yang dikendalikan secara
otomatis/manual. Proses pencampuran pada mixer adalah proses pencampuran
antara agregat panas, aspal, dan filler dengan suhu ± 1500C
cara pengadukan dilakukan dengan memutar poros pengaduk dengan menggunakan
motor listrik lama pengadukan antara 30-40 detik pengadukan dengan kapasitas
800 kg/ 30-40 detik setelah itu agregat yang telah sehomogen mungkin
dicampurkan maka akan dituang langsung ke dalam truk pengankut dengan
cara membuka pintu bukaan yang ada pada bagian bawah mixer dengan control hidrolik.
Campuran aspal beton yang telah keluar dari mixer ini
bersuhu ± 1500C dan setiap jamnya suhunya akan berkurang ± 2.5
- 50C. Alat mixer dapat dililat pada Gambar berikut
Gambar 2.9 Mixer
3.
Komponen Lain
a.
Tenaga Penggerak
Untuk menjalankan
semua bagian-bagian atau komponen-komponen AMP sumber tenaga utamanya adalah
generator set atau genset. Pada umumnya genset ini diputar oleh mesin diesel.
Kekuatan atau kapasitas genset ini berkapasitas 250 KVA (Kilo Volt Ampere)
cukup untuk melayani kebutuhan motor-motor listrik yang dipakai serta
peralatan-peralatan lain yang memakai tenaga listrik dan untuk penerangan.
Genset yang dipergunakan pada unit Asphalt Mixing Plant dapat
dilihat pada Gambar berikut:
Gambar 2.10 Genset
b. Alat
Berat
1. Wheel loader yang berfungsi
untuk alat angkut bahan/material (agregat kasar dan agregat halus)
dari tempat penumpukan material menuju ke bin. Wheel loader
memiliki bucket untuk membawa material dan bergerak dengan
menggunakan roda karet, sehingga mobilitasnya tergolong cepat.
2. Haul Truck yang digunakan
untuk membawa aspal dari plant ke tempat konstruksi .
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Asphalt Mixing Plant (AMP) adalah suatu unit
mesin atau peralatan yang digunakan untuk memproduksi material campuran antara
aspal dengan material agregat batu.
2. Asphalt Mixing Plant (AMP)memproduksi campuran
hot mix yang terdiri dari agregat, aspal panas dan bahan pengisi atau filler.
3. Untuk merawat jalan diperlukan Asphalt mixing plant atau biasa disebut
dengan AMP, yang biasanya digunakan untuk perbaikan jalan berlobang.
B. Saran
Penggunaan Asphalt Mixing Plant (AMP)
sudah sangat tepat dalam pelaksanaa perkerasan maupun perbaikan jalan, karena
dapat memproduksi hot material campuran perkerasan dalam jumlah yang besar
dengan waktu yang tidak lama, meskipun pencampuran dilakukan dengan Asphalt Mixing Plant pengujian tetap
dilakukan di laboratorium.